Pages

Subscribe:
BLOG INI TERCIPTA ATAS DASAR PEMBELAJARAN SAYA DAN SEBAGAI TOLOK UKUR KEMAMPUAN SAYA DALAM MENUMBUHKAN MINAT MENULIS DAN JUGA SEBAGAI MOTIVASI KEPADA SELURUH PEMBACA AGAR MAU MEMBUAT BLOG. KARENA BLOG ITU BANYAK MANFAAT DAN KEGUNAANNYA

Kamis, 26 Agustus 2010

Makalah surat al-kaafirun dan surat yunus

Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, karena tanpa-Nya mustahil makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun sebagai bahan pembelajaran kami, dalam mengenal lebih jauh tentang agama islam. Terlebih ini adalah tugas dari guru yang harus kami kerjakan dan harus kami selesaikan. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan banyak manfaat, khususnya bagi kami, dan umumnya bagi semua yang membaca makalah ini.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, kepada orang tua kami yang selalu mendo’akan kami, dan kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, yang tak bisa kami sebutkan satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa hormat kami.

Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah “tiada gading yang tak retak,” atau “sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga,” kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kebenaran dan kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.

Bogor, Agustus 2010

penyusun

Daftar Isi

Halaman judul…………………………………………………………………………………

Kata pengantar…………………………………………………………………………………i

Daftar isi………………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Makalah………………………………………………………….………..1

1.2 Maksud Dan Tujuan………………………………………………………………….…….1

1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….…1

1.4 Metode Penelitian………………………………………………………………….………1

BAB II PEMBAHASAN SURAT AL-KAFIRUN DAN SURAT YUNUS

2.1 Surat Al-Kafirun Dan Terjemahan………………………………………………………..1

2.2 Tajwid Dan Arti Perkata………………………………………………………………….2

2.3 Penjelasan Dan Isi Kandungan…………………………………………………………...4

2.4 Surat Yunus Dan Terjemahan…………………………………………………………….9

2.5 Tajwid Dan Arti Perkata…………………………………………………………………9

2.6 Penjelesan Dan Isi Kandungan………………………………………………………….11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………13

Daftar Pustaka


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Makalah

Agama islam adalah agama terbesar di dunia, banyak dari kehidupan kita ini, sudah tertera di al-qur’an. Maka dari itu setiap perbuatan kita harus berpatokan terhadap al-qur’an dan hadits Rasulullah SAW. Maka inilah yang menjadi latar belakang kami dalam penyusunan makalah ini. Dalam pencarian jati diri menjadi manusia muslim sejati, oleh karena itu kami sangat senang sekali ketika diberi tugas seperti ini karena dapat member pengetahuan lebih tentang agama islam.

1.2 Maksud Dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan kami dalam pembuatan makalah ini yaitu, memberi pandangan tentang agama islam yang telah kami dapatkan dari berbagai sumber. Dan bertujuan memberi pengetahuan bagi pembaca yang membaca makalah kami, dengan tidak langsung kami telah berbagi ilmu kepada para pembaca.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami akan membahas beberapa masalah yaitu :

· Tentang arti perkata surat al-kafirun dan surat yunus

· Tajwid yang terkandung dalam surat al-kafirun dan surat yunus

· Penjelasan dan isi kandungan yang terdapat dalam surat al-kafirun dan surat yunus

1.4 Metode Penelitian

Dalam pembuatan makalah ini kami melakukan penelitian dengan menggunakan metode internet, dengan mengunjungi situs tentang surat al-kafirun dan surat yunus. Kami juga mereferensi buku paket Pendidikan Agama Islam (PAI).


BAB II

PEMBAHASAN SURAT AL-KAFIRUN DAN SURAT YUNUS

2.1 Surat Al-Kafirun Dan Terjemahan

1.jpg

2.bmp

3.jpg

4.jpg

8.jpg

6.jpg

7.jpg

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,

2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".

2.2 Tajwid Dan Arti Perkata

Tajwid :

أَيُّهَا يَا = Mad jaiz munfasil (setelah huruf mad ada huruf hamzah yang berbentuk alif dan dalam lain kalimat, panjangnya 5 harkat)

الْكَافِرُونَ = Mad arid (karena ada huruf mad bertemu huruf mati berhenti dalam bacaan)

أَنتُمْ = Ikhfa (karena nun mati bertemu dengan huruf ta, salah satu huruf ikhfa)

عَبَدتُّمْ = Idĝam mutajanisain (tanda sukun huruf dal menghadapi huruf ta berharakat, keduanya itu sama makhrajnya dan lain sifatnya)

أَعْبُدُ = Qalqalah qubra (huruf dal berharakat sukun karena wakaf)

Arti perkata :

قُلْ = Katakanlah

الْكَافِرُونَ أَيُّهَا يَا = Hai orang-orang kafir

أَعْبُدُ لَا = Aku tidak akan menyembah

تَعْبُدُونَ مَا = Apa yang kamu sembah

أَنتُمْ وَلَا = Dan kamu bukan

عَابِدُونَ = Penyembah (Tuhan)

أَعْبُدُ مَا = Yang aku sembah

أَنَا وَلَا = Dan aku tidak pernah

عَابِدٌ = Menjadi penyembah

عَبَدتُّمْ مَّا = Apa yang kamu sembah

أَنتُمْ وَلَا = Dan kamu tidak pernah

عَابِدُونَ = Menjadi penyembah

أَعْبُدُ مَا = Yang aku sembah

دِينُكُمْ لَكُمْ = Untukmulah agamamu

دِينِ وَلِيَ = Dan untukkulah agamaku

2.3 Penjelasan Dan Isi Kandungan

Surat al-kaafirun terdiri dari 6 ayat, termasuk golongan surat-surat makiyyah, diturunkan sesudah surat al-maa’un. Dinamai “Al-Kaafirun” diambil dari perkataan al-kaafirun yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Pokok isinya :

Pernyataan bahwa tuhan yang disembah Nabi Muhammad S.A.W. dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir, dan Nabi Muhammad S.A.W. tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir. “Tidak ada toleransi dalam hal keimanan dan peribadatan”.

Disebutkan bahwa sebab turunnya (sababun nuzul) surat ini adalah bahwa, setelah melakukan berbagai upaya untuk menghalang-halangi dakwah Islam, orang-orang kafir Quraisy akhirnya mengajak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkompromi dengan mengajukan tawaran bahwa mereka bersedia menyembah Tuhan-nya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selama satu tahun jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersedia ikut menyembah tuhan-tuhan mereka selama satu tahun. Maka Allah sendiri yang langsung menjawab tawaran mereka itu dengan menurunkan surat ini (lihatatsar riwayat Ath-Thabrani, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas ra). Keutamaan Surat Ini Disebutkan dalam beberapa riwayat bahwa, nilai surat ini setara dengan seperempat Al- Qur’an. Diantaranya riwayat dari Ibnu Umar yang menyebutkan bahwa, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallambersabda, ”Qul huwaLlahu ahad setara dengan sepertiga Al- Qur’an, dan Qul yaa ayyuhal kaafiruun setara dengan seperempat Al-Qur’an” (HR Ath- Thabrani).

Dalam banyak riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam biasa membaca Surat Al-Kafirun dan Surat Al-Ikhlas dalam berbagai macam shalat, diantaranya dalam dua rakaat shalat sunnah fajar (HR Muslim dari Abu Hurairah ra), shalat sunnah ba’diyah maghrib (HR Ahmad, Tirmidzi, Nasa-i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Ibnu Umar ra), shalat sunnah thawaf (HR Muslim dari Jabir bin Abdillah ra), dan shalat witir (HR Al-Hakim dari Ubay bin Ka’ab ra).

Beberapa riwayat juga menyebutkan disunnahkannya membaca Surat Al-Kafirun sebelum tidur, diantaranya hadits riwayat Naufal bin Mu’awiyah Al-Asyja’i, dimana beliau meminta diajari sebuah bacaan yang sebaiknya dibaca sebelum tidur. Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ”Bacalah Qul yaa ayyuhal kaafirun sampai akhir surat, lalu langsung tidurlah sesudah itu, karena sesungguhnya surat tersebut adalah penolakan terhadap kesyirikan.” (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Al- Baihaqi dan lain-lain) Kandungan Umum Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhiduluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Dan karena kedua kandungan makna ini begitu urgen dan mendasar sekali, sehingga ditegaskan dengan berbagai bentuk penegasan yang tergambar secara jelas di bawah ini.

Pertama, Allah memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam untuk memanggil orang-orang kafir dengan khi tab (panggilan) ’Yaa ayyuhal kafirun’ (Wahai orang-orang kafir), padahal Al-Qur’an tidak biasa memanggil mereka dengan cara yang vulgar semacam ini. Yang lebih umum digunakan dalam Al-Qur’an adalah khi tab semacam' Ya a ayyuhan naas' (Wahai sekalian manusia) dan sebagainya.

Kedua, pada ayat ke-2 dan ke-4 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menyatakan secara tegas, jelas dan terbuka kepada mereka, dan tentu sekaligus kepada setiap orang kafir sepanjang sejarah, bahwa beliau (begitu pula ummatnya) sama sekali tidak akan pernah (baca: tidak dibenarkan sama sekali) menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.

Ketiga, pada ayat ke-3 dan ke-5 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menegaskan juga dengan jelas dan terbuka bahwa, orang-orang kafir pada hakikatnya tidak akan pernah benar-benar menyembah-Nya. Dimana hal ini bisa pula kita pahami sebagai larangan atas orang-orang kafir untuk ikut-ikutan melakukan praktek- praktek peribadatan kepada Allah sementara mereka masih berada dalam kekafirannya. Mereka baru boleh melakukan berbagai praktek peribadatan tersebut jika mereka sudah masuk ke dalam agama Islam.

Keempat, Allah lebih menegaskan hal kedua dan ketiga diatas dengan melakukan pengulangan ayat, dimana kandungan makna ayat ke-2 diulang dalam ayat ke-4 dengan sedikit perubahan redaksinash, sedang ayat ke-3 diulang dalam ayat ke-5 dengan redaksi nash yang sama persis. Adanya pengulangan ini menunjukkan adanya penafian atas realitas sekaligus larangan yang bersifat total dan menyeluruh, yang mencakup seluruh waktu (yang lalu, kini, yang akan datang dan selamanya), dan mencakup seluruh bentuk dan macam peribadatan.

Kelima, Allah memungkasi dan menyempurnakan semua hal diatas dengan penegasan terakhir dalam firman-Nya: ’Lakum diinukum wa liya diin’ (Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku). Dimana kalimat penutup yang singkat ini memberikan sebuah penegasan sikap atas tidak bolehnya pencampuran antara agama Islam dan agama lainnya. Jika Islam ya Islam tanpa boleh dicampur dengan unsur-unsur agama lainnya dan demikian pula sebaliknya. Ayat ini juga memupus harapan orang-orang kafir yang menginginkan kita untuk mengikuti dan terlibat dalam peribadatan-peribadatan mereka. ”Lakum Diinukum Waliya Diin” Ayat pamungkas yang merupakan ringkasan dan kesimpulan seluruh kandungan surat Al- Kaafiruun ini, secara umum semakna dengan firman Allah yang lain dalam QS. Yunus [10]: 41, dan mungkin juga QS. Al-Qashash [28]: 55, serta yang lainnya. Dimana semuanya berintikan pernyataan dan ikrar ketegasan sikap setiap orang beriman terhadap setiap orang kafir, tanpa adanya sedikitpun toleransi, kompromi dan pencampuran, jika terkait secara khusus tentang masalah dan urusan agama masing-masing, yakni yang meliputi aspek aqidah, ritual ibadah dan hukum.

Namun demikian dari sisi yang lain, jika kita renungkan, surat inipun dari awal sampai akhir, sebenarnya juga mengandung makna sikap toleransi Islam dan kaum muslimin terhadap agama lain dan pemeluknya. Yakni berupa sikap pengakuan terhadap eksistensi agama selain Islam dan keberadaan penganut-penganutnya. Meskipun yang dimaksud tentulah sekadar pengakuan terhadap realita, dan sama sekali bukan pengakuan pembenaran. Dan hal itu didukung oleh pernyataan yang menegaskan bahwa, tidak boleh ada pemaksaan untuk masuk agama Islam, apalagi agama yang lain, yakni dalam firman Allah: ”Laa ikraaha fiddiin” (QS. Al-Baqarah [2]: 256). Dan hal itu lebih dikuatkan lagi dengan dibenarkannya kaum mukminin bergaul, berhubungan, berinteraksi dan bekerjasama dengan kaumkaf irin dalam berbagai bidang kehidupan umum, seperti bidang sosial kemasyarakatan, ekonomi, bisnis dan perdagangan, politik, pemerintahan dan kenegaraan, dan lain-lain. Yang jelas semua bidang selain bidang khusus agama yang mencakup masalah aqidah, ritual ibadah dan hukum.

Nah bahwa ada dua sikap terkait pola hubungan antara ummat Islam dan ummat lain tersebut, haruslah dipahami secara benar dan proporsional, baik oleh kaum muslimin maupun juga oleh kaum non muslimin, agar tidak terjadi kerancuan-kerancuan, atau pencampuran-pencampuran, atau bahkan pembalikan-pembalikan sikap, sebagaimana yang sering terjadi selama ini. Yakni bahwa, dalam bidang-bidang kehidupan umum, dibenarkan seorang mukmin bersikap toleransi dengan berinteraksi dan bahkan bekerjasama dengan anggota masyarakat non mukmin. Namun khusus di bidang urusan agama yang terkait masalah aqidah, ritual ibadah dan hukum, sikap tegaslah yang harus ditunjukkan, seperti yang telah dijelaskan diatas.

Sebagai penutup, berikut ini poin-poin kesimpulan umum dari kandungan makna surat Al- Kaafiruun, khususnya kalimat pamungkasnya: ”Lakum diinukum waliya diin”:

(1) Secara umum Islam memberikan pengakuan terhadap realita keberadaan agama-agama

lain dan penganut-penganutnya. Disamping dari kalimat "Lakum diinukum waliya diin", makna tersebut juga diambil firman Allah yang lain seperti "Laa ikraaha fid-diin", yang berarti Islam mengakui adanya kebebasan beragama bagi setiap orang, dan bukan kebebasan mengganggu, mempermainkan atau merusak agama yang ada.

(2) Dan karenanya, Islam membenarkan kaum muslimin untuk berinteraksi dengan ummat-ummat non muslim itu dalam bidang-bidang kehidupan umum.

(3) Namun di saat yang sama Islam memberikan ketegasan sikap ideologis berupabaraa’ atau penolakan total terhadap setiap bentuk kesyirikan aqidah, ritual ibadah ataupun hukum, yang terdapat di dalam agama-agama lain.

(4) Maka tidak boleh ada pencampuran antara Islam dan agama-agama lain dalam bidang- bidang aqidah, ritual ibadah dan hukum.

(5) Begitu pula antar ummat muslim dan ummat kafir tidak dibenarkan saling mencampuri urusan-urusan khusus agama lain.

(6) Kaum muslimin dilarang keras ikut-ikutan penganut agama lain dalam keyakinan aqidah, ritual ibadah dan ketentuan hukum agama mereka.

(7) Ummat Islam tidak dibenarkan melibatkan diri dan bekerja sama dengan penganut agama lain dalam bidang-bidang yang khusus terkait dengan keyakinan aqidah, ritual ibadah dan hukum agama mereka.

2.4 Surat Yunus Dan Terjemahan

٤٠. وَمِنهُم مَّن يُؤْمِنُ بِهِ وَمِنْهُم مَّن لاَّ يُؤْمِنُ بِهِ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ

٤١. تَعْمَلُونَ مِّمَّا بَرِيءٌ وَأَنَاْ أَعْمَلُ مِمَّا بَرِيئُونَ أَنتُمْ عَمَلُكُمْوَلَكُمْ عَمَلِي لِّي فَقُل كَذَّبُوكَ وَإِن

Terjemahan aya :

“Diantara mereka ada orang-orang yang beriman kepada al-qur’an, dan diantaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya, Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang –orang yang berbuat kerusakan. (40)

Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah! Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan. (41)” (Q.S Yunus 40-41)

2.5 Tajwid dan Arti Perkata

Tajwid :

مِنهُم = izhar (karena nun mati bertemu dengan huruf ta)

لاَّ مَّن = idĝam bilagunnah (karena nun mati bertemu dengan huruf lam)

كَذَّبُوكَ وَإِن = ikhfa (karena nun mati bertemu dengan huruf kaf)

بَرِيءٌ = mad wajib muttasil (karena mad menghadapi huruf hamzah dalam satu kalimat)

تَعْمَلُونَ = mad arid (karena adanya huruf mad bertemu huruf mati berhenti /waqaf dalam bacaan)

Arti perkata :

وَمِنهُم = Dan, diantara mereka

يُؤْمِنُ مَّن = Ada orang-orang beriman

بِهِ = Kepadanya (Al-qu’an)

وَمِنْهُم = Dan, diantara mereka

يُؤْمِنُ لاَّ مَّن = Ada (pula) orang-orang yang tidak beriman

بِهِ = kepadanya (Al-qur’an)

وَرَبُّكَ = Dan Tuhanmu

أَعْلَمُ = Lebih mengetahui

بِالْمُفْسِدِينَ = Tentang orang-orang yang berbuat kerusakan

كَذَّبُوكَ وَإِن = Dan jika mereka mendustakan kamu

فَقُل = Maka katakanlah

عَمَلِي لِّي = Bagiku pekerjaanku

عَمَلُكُمْ وَلَكُمْ = Dan bagimu pekerjaanmu

بَرِيئُونَ أَنتُمْ = Kamu berlepas diri

أَعْمَلُ مِمَّا = Terhadap apa yang aku kerjakan

بَرِيءٌ وَأَنَاْ = Dan aku pun berlepas diri

تَعْمَلُونَ مِّمَّا = Terhadap apa yang kamu kerjakan

2.6 Penjelasan Dan Isi Kandungan

Surah Yunus (Arab: ينوس , Yūnus, "Nabi Yunus") adalah surah ke-10 dalam al-qur'an. Surah ini terdiri atas 109 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah kecuali ayat 40, 94, 95, yang diturunkan pada di Madinah.

Sebagian besar surah Yunus tergolong Makkiyah, yang turun sebelum Muhammad hijrah ke Madinah kecuali ayat 40, 94, dan 95 yang termasuk Madaniyyah. Dalam penggolongan surah, surah Yunus termasuk kategori surah Al-Mi'un, yaitu surah-surah Al-Qur'an yang ayatnya berjumlah seratusan karena surah ini terdiri dari 109 ayat. Namun ada juga yang berpendapat surah ini termasuk golongan surah as-Sab'ut Thiwal atau "Tujuh Surah yang Panjang".[1] Dalam mushaf Utsmani, surah ini merupakan surah ke-51 yang diturunkan setelah surah Al-Isra', surah ke-17 dalam al-Qur'an dan sebelum surah Hud, surah ke-11.[2] Seluruh isi surah ini masuk ke dalam Juz 11 dan diletakkan setelah surah At-Taubah dan sebelum surah Hud. Surah ini terdiri atas 11 ruku'. Sedangkan topik utama yang dibahas dalam surah ini meliputi masalah akidah, iman kepada Allah, kitab-kitab dan rasul-Nya, serta Hari kebangkitan dan pembalasan. Surah Yunus diawali dengan ayat Mutasyabihat Ali Lam Ra dan diakhiri dengan ayat yang membahas perlunya mengikuti aturan Allah dan bersabar baik dalam ketaatan maupun musibah. Surah ini dinamakan Yunus merupakan sebuah simbolikal dan bukan berarti surah ini berisi kisah Yunus. Bahkan, kisah terpanjang dalam surah ini adalah kisah Musa dan Bani Israil dengan Fir'aun yaitu pada ayat 75 hingga 93. Hanya ayat ke-98 dari surah inilah yang menyebut kata "Yunus". Menurut pengamatan Khalifah, ayat 98 merupakan bagian terpenting dari surah ini.[3]

Isi kandungan dari surat yunus ini adalah sebagai berikut :

Ø Ada dua golongan umat manusia yaitu ada yang beriman terhgadap al-qur’an dan golongan yang mendustakan al-qur’an

Ø Allah SWT Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang yang beriman dan bertakwa dan sebaliknya Allah SWT juga Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang yang tidak beriman

Ø Kepada orang yang beriman dan bertakwa Allah SWT akan memberikan haknya yaitu surga, begitu juga sebaliknya.

Ø Dalam menghadapi oran-orang yang tidak beriman yang mendustakan kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW hendaknya orang yang beriman harus berpendirian teguh dan yakin bahwa Nabi Muhammad SAW betul-betul Rasul Allah yang terakhir.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari seluruh materi yang telah disajikan bahwa kita tidak boleh mencampur adukan agam islam dengan agama lain dan itu tidak bisa ditoleransi apalagi dalam hal keimanan (akidah) dan peribadatan. Namun dalam pergaulan bermasyarakat umat muslim dan non muslim hendaknya saling menghormati dan menghargaidan saling bekerja sama dalam urusan dunia demi terciptanya keamanan, kedamain, dan kesejahteraan bersama. Dasn pada surat yunus menjelaskan bahwa manusia itu terbagi dua golongan, golongan yang pertama ialah golongan orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, dan kepada kitab suci al-qu’an, golongan yang kedua adalah golongan orang-orang yang tidak beriman dan mendustakan Allah SWt, Nabi Muhammad SAW, dan kepada kitab suci al-qur’an.

Daftar pustaka

Anonim, http://id.wikipedia.org/w/index ,Dikunjungi 20 Agustus 2010.

Syamsuri. H. Drs. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas XII. Jilid 3. Jakarta. PT. Gelora Aksara Pratama.

DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA. Jajasan penyelenggara penterdjemah/pentafsir Al-Qur’an 1969. Djakarta. JAMUNU.



[1] Hamzah (2003). Hal 95

[2] Ibid. hal 138

[3] Surah Yunus dan Suah Hud Tabloid Khalifah Edisi 41

3 komentar:

Unknown mengatakan...

thanks gan

Unknown mengatakan...

thanks ini sangat membantu

Desert Tekno mengatakan...

kebetulan sekali. saya ada tugas sekolah tentang surah diatas. terima kasih informasinya

Posting Komentar